Sejarah Kota Bekasi
Bicara tentang Bekasi berarti bicara tentang peradaban yang sudah tua. Peradaban yang usianya lebih dari seribu tahun.
Bicara tentang Bekasi juga berarti bicara tentang daerah yang memiliki potensi kekayaan yang begitu kompleks yang sulit ditemui di daerah lain di Indonesia.
Bicara tentang Bekasi itu sama saja berbicara tentang daerah pertempuran yang sangat sengit dan krusial dalam percaturan militer maupun politik dalam sejarah Indonesia.
Bicara tentang Bekasi berarti sama saja bicara tentang keanekaragaman budaya dan bahasa penduduknya yang telah berlangsung ratusan tahun.
Itulah Bekasi....
Dengan kompleksitas yang dimiliki tersebut, membuat bahasan Bekasi masa lampau dengan rentangan waktu yang cukup panjang, yaitu sejak jaman prasejarah hingga beberapa saat lalu.
Ruang lingkupnya juga tidak dibatasi oleh pembagian Bekasi berdasarkan administratif pemerintahan. Melainkan penggabungan antara Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Bekasi Raya.
Bekasi bukan nama kota sembarangan. Nama kota ini tercatat dalam sejarah melalui prasasti tugu tulis peninggalan Kerajaan Tarumanagara.
Asal-usul nama Bekasi secara filologis berasal dari candrabhaga. Candra berarti bulan atau sasi dalam bahasa Jawa Kuno. Dan bhaga berarti bagian. Jadi Candrabhaga berarti bagian dari bulan.
Pelafalan kata Candrabhaga kadang berubah menjadi Sasibhaga atau Bhagasasi. Namun dalam pengucapannya sering disingkat Bhagasi. Dan karena pengaruh bahasa Belanda sering ditulis Bacassie.
Di Stasiun Kereta Api Lemahabang pun pernah ditemukan plang nama Bacassie. Dan seiring waktu, kata Bacassie kemudian berubah menjadi Bekasi sampai sekarang.
Penggalian 2 Sungai
Pada masa pemerintahan Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanagara, diperintahkan penggalian 2 sungai untuk kebutuhan irigasi. Dua Sungai itu yakni Sungai Candrabhaga (Kali Bekasi) dan Sungai Gomati.
Candrabhaga dan Gomati adalah 2 sungai yang terkenal di Tanah Hindu, India. Penggalian 2 sungai ini mengindikasikan mulai dibukanya lahan pertanian yang subur di daerah ini.
Selain itu, tujuan penggalian adalah mengalirkan air sungai tersebut ke laut, setelah melewati istana kerajaannya. Penggalian dilakukan pada tahun ke-22 masa pemerintahan Raja Purnawarman bulan phalguna dan caitra, bertepatan dengan bulan Februari dan April menurut perhitungan tahun Masehi.
Panjang galian 6.122 tumbak atau 11 kilometer. Diduga, saluran itu dibuat untuk mengatasi banjir yang selalu melanda daerah pertanian setiap kali hujan paling lebat melanda tanah Jawa Barat di bulan Januari dan Februari. Acara selamatan dan syukuran pun digelar para brahmana disertai pemberian hadiah berupa 1.000 ekor sapi.
Tak cuma Tarumanagara, sejumlah kerajaan lain juga pernah menjadikan Bekasi sebagai wilayahnya. Misalnya Padjajaran, Sumedanglarang (bagian dari Kerajaan Mataram), dan Jayakarta. Ada 1 lagi nama kerajayaan yang dipercaya pernah memerintah Bekasi, yakni Segara Pasir.
Dipercaya, Kerajaan Segara Pasir inilah yang pertama ada di Bekasi. Jauh sebelum Kerajaan Tarumanagara.
Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri, itulah sebutan Bekasi tempo dulu sebagai Ibukota Kerajaan Tarumanagara (358-669). Luas Kerajaan ini mencakup wilayah Bekasi, Sunda KElapa, Depok, Cibinong, Bogor hingga ke wilayah Sungai Cimanuk di Indramayu.
Menurut para ahli sejarah dan fisiologi, leatak Dayeuh Sundasembawa atau Jayagiri sebagai Ibukota Tarumanagara adalah di wilayah Bekasi sekarang.Dayeuh Sundasembawa inilah daerah asal Maharaja Tarusbawa (669-723 M) pendiri Kerajaan Sunda dan seterusnya menurunkan Raja-Raja Sunda sampai generasi ke-40 yaitu Ratu Ragumulya (1567-1579 M) Raja Kerajaan Sunda (disebut pula Kerajaan Pajajaran) yang terakhir.
Wilayah Bekasi tercatat sebagai daerah yang banyak memberi infirmasi tentang keberadaan Tatar Sunda pada masa lampau. Diantaranya dengan ditemukannya empat prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Kebantenan.
Keempat prasasti ini merupakan keputusan (piteket) dari Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, Jayadewa 1482-1521 M) yang ditulis dalam lima lembar lempeng tembaga.
Sejak abad ke 5 Masehi pada masa Kerajaan Tarumanagara abad kea 8 Kerajaan Galuh, dan Kerajaan Pajajaran pada abad ke 14, Bekasi menjadi wilayah kekuasaan karena merupakan salah satu daerah strategis, yakni sebagai penghubung antara pelabuhan Sunda Kelapa (Jakarta).
Sejarah Sebelum Tahun 1949
Kota Bekasi ternyata mempunyai sejarah yang sangat panjang dan penuh dinamika. Ini dapat dibuktikan perkembangannya dari jaman ke jaman, sejak jaman Hindia Belanda, pundudukan militer Jepang, perang kemerdekaan dan jaman Republik Indonesia.
Di jaman Hindia Belanda, Bekasi masih merupakan Kewedanaan (District), termasuk Regenschap (Kabupaten) Meester Cornelis. Saat itu kehidupan masyarakatnya masih di kuasai oleh para tuan tanah keturunan Cina.
Kondisi ini terus berlanjut sampai pendudukan militer Jepang. Pendudukan militer Jepang turut merubah kondisi masyarakat saat itu.
Jepang melaksanakan Japanisasi di semua sektor kehidupan.
Nama Batavia diganti dengan nama Jakarta. Regenschap Meester Cornelis menjadi KEN Jatinegara yang wilayahnya meliputi Gun Cikarang,
Gun Kebayoran dan Gun Matraman.Setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, struktur pemerintahan kembali berubah, nama Ken menjadi Kabupaten, Gun menjadi Kewedanaan, Son menjadi Kecamatan dan Kun menjadi Desa/Kelurahan.
Saat itu Ibu Kota Kabupaten Jatinegara selalu berubah-ubah, mula-mula di Tambun, lalu ke Cikarang, kemudian ke Bojong (Kedung Gede).
Pada waktu itu Bupati Kabupaten Jatinegara adalah Bapak Rubaya Suryanaatamirharja.Tidak lama setelah pendudukan Belanda, Kabupaten Jatinegara dihapus, kedudukannya dikembalikan seperti zaman Regenschap Meester Cornelis menjadi Kewedanaan.
Kewedanaan Bekasi masuk kedalam wilayah Batavia En Omelanden. Batas Bulak Kapal ke Timur termasuk wilayah negara Pasundan di bawah Kabupaten Kerawang, sedangkan sebelah Barat Bulak Kapal termasuk wilayah negara Federal sesuai Staatsblad Van Nederlandsch Indie 1948 No. 178 Negara Pasundan.
Sejarah Tahun 1949 sampai Terbentuknya Kota Bekasi
Sejarah setelah tahun 1949, ditandai dengan aksi unjuk rasa sekitar 40.000 rakyat Bekasi pada tanggal 17 Februari 1950 di alum-alun Bekasi. Hadir pada acara tersebut Bapak Mu’min sebagai Residen Militer Daerah V. Inti dari unjuk rasa tersebut adalah penyampaian pernyataan sikap sebagai berikut :
Rakyat bekasi mengajukan usul kepada Pemerintah Pusat agar kabupaten Jatinegara diubah menjadi Kabupaten Bekasi. Rakyat Bekasi tetap berdiri di belakang Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dan berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 1950 terbentuklah Kabupaten Bekasi, dengan wilayah terdiri dari 4 kewedanaan, 13 kecamatan (termasuk Kecamatan Cibarusah) dan 95 desa. Angka-angka tersebut secara simbolis diungkapkan dalam lambang Kabupaten Bekasi dengan motto "SWATANTRA WIBAWA MUKTI".
Pada tahun 1960 kantor Kabupaten Bekasi berpindah dari Jatinegara ke kota Bekasi (jl. H Juanda). Kemudian pada tahun 1982, saat Bupati dijabat oleh Bapak H. Abdul Fatah Gedung Perkantoran Pemda Kabupaten Bekasi kembali dipindahkan ke Jl. A. Yani No.1 Bekasi.
Pasalnya perkembangan Kecamatan Bekasi menuntut dimekarkannya Kecamatan Bekasi menjadi Kota Administratif Bekasi yang terdiri atas 4 kecamatan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1981, yaitu Kecamatan Bekasi Timur, bekasi Selatan, Bekasi Barat dan Bekasi Utara, yang seluruhnya menjadi 18 kelurahan dan 8 desa.
Peresmian Kota Administratif Bekasi dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 20 April 1982, dengan walikota pertama dijabat oleh Bapak H. Soedjono (1982 – 1988). Tahun 1988 Walikota Bekasi dijabat oleh Bapak Drs. Andi Sukardi hingga tahun 1991 (1988 - 1991, kemudian diganti oleh Bapak Drs. H. Khailani AR hingga tahun (1991 – 1997).
Pada Perkembangannya Kota Administratif Bekasi terus bergerak dengan cepat. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan roda perekonomian yang semakin bergairah.
Sehingga status Kotif. Bekasi pun kembali di tingkatkan menjadi Kotamadya (sekarang "Kota") melalui Undang-undang Nomor 9 Tahun 1996 Menjabat Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi saat itu adalah Bapak Drs. H. Khailani AR, selama satu tahun (1997-1998).
Selanjutnya berdasarkan hasil pemilihan terhitung mulai tanggal 23 Pebruari 1998 Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi definitif dijabat oleh Bapak Drs. H Nonon Sonthanie (1998-2003).
Setelah pemilihan umum berlangsung terpilihlah Walikota dan Wakil Walikota Bekasi yaitu : Akhmad Zurfaih dan Moechtar Muhammad (periode 2003 - 2008).
AWAL MULA DISEBUT KOTA PATRIOT
Bekasi ternyata dikenal juga sebagai Kota Patriot...
Saat ini panggilan tersebut kurang populer. Di media sosial, malah Bekasi sering diledek lewat meme soal macet dan jalan rusak.
Bagaimana ceritanya Bekasi disebut sebagai Kota Patriot?
Setelah Indonesia merdeka tahun 1945, Belanda kembali ingin berkuasa. Mereka menggelar agresi militer tahun 1947 dan 1948. Sejumlah daerah milik Republik pun kembali dikuasai Belanda.
Sebelum tahun 1950, Bekasi, Cakung, dan Tambun merupakan bagian dari Jakarta (Batavia) dengan kabupatennya Jatinegara. Namun pada tahun 1950, rakyat Bekasi menuntut untuk keluar dari distrik Jakarta dan menolak masuk ke Negara Pasundan yang merupakan boneka Belanda. Rakyat Bekasi menginginkan masuk ke Republik Indonesia Serikat.
"Makanya hari jadi Bekasi tanggal 15 Agustus 1950," ujar Sejarawan, Ali Anwar, kepada merdeka.com, pada Kamis (1/10).
Ali menambahkan untuk merebut seluruh wilayah Indonesia, maka sekutu harus melakukan perebutan kekuasaan dan berhadapan dengan tentara republik. Tentara Republik tersebut berada di front terdepan, tepatnya di Kali Cakung.
Front terdepan ini merupakan tempat para pejuang Republik Indonesia untuk mempertahankan wilayahnya. Selain itu, para pejuang tidak hanya berisi tentara dari Bekasi saja, melainkan juga tentara dari daerah lain.
"Ada juga kiriman-kiriman dari Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Garut mereka bergantian menjaga pertahanan, kalau Bekasi bobol, maka Republik Indonesia bobol. Logikanya seperti itu" tandasnya.
Para tentara yang berada di Kali Cakung merupakan garda terdepan dalam pertempuran. Sementara Karawang merupakan garda belakang dalam menjaga kokohnya lini pertahanan.
"Itu sebabnya Bekasi disebut sebagai kota patriot. Patriot pertempuran terdepan," ujar Ali.
Sejarawan alumni Universitas Indonesia ini menjelaskan, jika pada tahun 1963-1964 Karawang berencana menjadikan kotanya sebagai Kota Patriot. Tapi kemudian hal tersebut diprotes oleh Bekasi.
"Nggak bisa karena patriot itu ada di Bekasi karena pertempuran di sini," akunya.
Hal tersebut justru memicu pertemuan para tokoh masyarakat, para pejuang Bekasi di Gedung Bioskop Parahiyangan. Tokoh yang hadir di antaranya adalah mantan ketua Persatuan Pelajar Islam (PII) Kabupaten Bekasi tahun 1964-1965, Marzuki Hidayat, Aburrahim, M Husein Kamaliy, dan lain-lain.
Hasil pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan jika Kabupaten Bekasi adalah kota Patriot. Namun seiring perkembangan waktu hal itu terlupakan. Pada tahun 1997, diselenggarakan sayembara lambang kota Bekasi pada masa Wali Kota, Kailani AR. Berbagai usulan muncul, mulai dari kota iman, kota ihsan, kota perjuangan, hingga kota patriot. Setelah melalui perdebatan yang tidak berjalan alot, akhirnya disepakati Kota Patriot.
Lambang Kota Bekasi dengan sesanti 'Kota Patriot' tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Bekasi nomor 01 tahun 1998 pada masa Wali Kota Bekasi, Nonon Sonthanie.
"Serpihan sejarah mulai terangkai dan mengungkap bahwa julukan kota patriot dicetuskan gedung hiburan" ujar Ali Anwar menutup perbincangan.
Source :